Minggu, 26 Oktober 2008

Keadaan di pelabuhan Tanjung Perak

kapal-penumpang1.jpg

Kebutuhan air bersih untuk kapal, yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak rata-rata setahun 668.380 liter. Operator pelayaran sebelumnya sering mengeluh, karena pasokan air bersih sering tersendat. Bagaimana kondisinya sekarang.

Keberadaan Pelabuhan Tanjung Perak dalam jalur perhubungan nasional bisa dibilang sangat strategis. Bagaimana tidak, keberadaan pelabuhan kelas utama yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia III (Pelindo) ini memang menjadi urat nadi oerdagangan antar pulau dan internasional.

Dengan peran vital seperti itu, tidak jarang pengelola dituntut selalu berusaha melakukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan pelayanan. Misalnya, menyangkut kebutuhan pasokan air bersih untuk kapal. Salah satu keluhan keluhan yang berusaha diselesaikan, adalah pengadaan air bersih untuk kapal, baik kapal barang maupun kapal penumpang, yang tengah sandar di Pelabuhan Tanjung Perak.

Menurut jurubicara PT. Pelindo III Toto Heliyanto, awalnya kebutuhan air bersih di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak disediakan oleh perusahaan swasta. Caranya sangat konvensional, yaitu setiap kapal bebas membeli pada perusahaan pemasok air bersih rekanan masing-masing.

Dampaknya saat itu banyak truk tangki air berseliweran. Dus, kian menambah kepadatan di area pelabuhan yang cukup padat. Secara bisnis kondisi saat itu berpeluang menciptakan suatu masalah baru, khususnya berkaitan dengan masuknya orang luar dalam lingkungan pelabuhan.

“Melihat kondisi tersebut, maka manajemen kami terus koordinasi dengan cabang Tanjung Perak untuk mencari solusi. Akhirnya ditemukan solusi penyempurnaannya, yaitu merangkul PDAM Surabaya,” kata Toto di ruang kerjanya.

Dasar pertimbangannya saat itu, tambah dia, untuk menciptakan keseragaman mutu air dan peningkatan mutu pelayanan pemasokan air, yang diberikan pihak rekanan Pelindo III Tanjung Perak pada kapal-kapal yang tengah sandar di Tanjung Perak. Sampai tahun 2000, PDAM Surabaya yang dipercaya untuk melayani pasokan air tersebut.

Ironisnya dalam perjalanan kerjasama itu, PDAM terbukti tidak mampu memenuhi stok kebutuhan yang diharapkan. Itu berdampak dengan bermunculannya keluhan dari para pengusaha pelayaran. Suplai air bersih PDAM hanya mampu memenuhi kebutuhan air untuk dua kapal yang sandar bersamaan setiap dua jam sekali. Padahal dalam waktu dua jam sekali itu, kapal yang sandar antara tiga sampai enam. Dampaknya saat itu banyak kapal yang harus menunda jam keberangkatannya. Menunggu tandon air milik kapal terisi

Tidak ada komentar: