Minggu, 26 Oktober 2008

Jalur Pelayaran Menju Ketapang


. Kapal dari Semarang dengan muatan Bahan Kelontong dan sayuran. Tampak salah seorang kuli angkut barang sedang menangkut sayur kol di Pelabuhan Sukabangun Minggu (15/4) kemaren


Pelabuhan "Sukabangun" merupakan salah satu pintu masuk untuk kabupaten Ketapang. Tiap hari kapal cepat ekpres penuh dengan penumpang untuk melayari jalur Pontianak, Ketapang. Tak hanya kapal kapal dari pontianak saja yang singgah di Pelabuhan ini, kapal kapal dari jawa maupun antar pulau lainnya juga singgah di pelabuhan laut ini. Untuk kawasan Pulau Jawa , kapal kapal asal Semarang merupakan kapal yang terbanyak berlabuh di Pelabuhan Laut Sukabangun. Aneka jenis bahan kelontong didatangkan dari jawa termasuk beberapa jenis sayuran, seperti kol, kentang,tomat dll. Jumri (50) salah seorang pengguna pelabuhan laut ini, kondisi alur muara sukabangun sudh semakin dangkal . Untungnya kapal kapal yang bersandar di Sukabangun umumnya kapal kapal dengan kapasitas yang sangat kecil, sehingga masih bisa melaju masuk pelabuhan. Tetapi mereka harus hati hati, karena bila tidak bisa terjebak lautan pasir yang menjadi penghambat masuknya kapal . Pemerintah sendiri berusaha untuk mengeruk muara pelabuhan Sukabangun ini, namun karena sedimentasi pasir yang tinggi volumnye. Beberapa bulan dikeruk sudah dangkal lagi. Upaya lain yang sedang di usahakan pemerintah adalah mengadakan kerjasama dengan beberapa kabupaten untuk membeli kapal keruk. Sehingga biaya oprational pengerukan pelabuhan ini dapat lebih ringan. Upaya lain adalah dengan mencari tempat yang strategis untuk pelabuhan, seperti di Kenawangan, Kuala Satong dll.

Pelabuhan Desa Matan





Desa Matan Jaya Kec. Simpang Hilir terdapat pelabuhan spet boat dan kaal akapal klotok , karena desa ini merupakan tempat persinggahan untuk ke daerah Kec. Laor, Balai Bekuak dan sekitarnya

Pelabuhan di pulau Bawean

Bawean sering disebut juga Pulau Putri karena banyak laki-laki muda yang merantau ke pulau Jawa atau ke luar negeri. Orang Bawean yang merantau ke Malaysia dan Singapura membentuk perkampungan di sana. Di negeri jiran masyarakat Bawean dikenal dengan istilah orang Boyan. Banyak juga para perantau ini yang berhasil dan menjadi orang terkenal di Indonesia

Berkas:Bawean1.jpg

Pelabuhan di Sangkapura, pulau Bawean.

Diameter pulau Bawean kira-kira 12 kilometer dan jalan yang melingkari pulau ini kira-kira panjangnya 70km dan bisa ditempuh dalam waktu 1-2 jam. Bawean memiliki atraksi pariwisata yang cukup menawan, terutama pantai-pantainya. Ada juga sebuah danau yang terletak tepat di tengah-tengah pulau bernama Danau Kastoba. Pulau-pulau kecil lainnya juga tidak kalah menarik untuk di kunjungi. Contohnya Pulau Gili.

Pelabuhan Di Sisi Sungai Barito

Ini yang saya alami ketika mengunjungi Pelabuhan di pusat Kota Banjarmasin untuk melihat Sungai Barito yang super duper terkenal itu. Dengan harga becak seharga Rp. 10.000 dimana saya masih tetap bisa bersantai sambil melihat kondisi sekeliling dan menyusuri anak Sungai Martapura, saya menuju Sungai Barito melewati Jalan Mayjend Sutoyo. Perjalanan dari pusat Kota Banjarmasin Tengah menuju tepian Sungai Barito tidak dapat dikatakan sebentar. Kurang lebih perjalanan ditempuh selama 20 menit. Untung saja, Abang Becak yang saya tumpangi sungguh baik hati. Walaupun badannya kecil, ia tetap semangat mengayuh becaknya. Walaupun bahasanya pun masih sangat Banjar campuran madura sekali, dan saya menggunakan bahasa Indonesia, namun komunikasi di antara kami berdua sudah sangat seru sekali. Abang becak yang baik hati tersebut membawa saya sambil bersantai karena saya berpesan demikian guna melihat- lihat kondisi samping kiri dan kanan Banjarmasin. Sang abang mau menunggu saya bahkan ketika saya sudah sampai dermaga agar saya benar-benar sampai di lokasi tujuan dengan tepat. Bravo abang!
Sayangnya, di ujung Jalan Sutoyo itu saya tidak melihat Sungai Barito. Yang tampak justru pelabuhan dengan aneka macam bangunan tinggi berpagar dan menutupi pandangan saya langsung ke arah Sungai. Sekali berhenti di lokasi pemantauan, ternyata pintu tersebut merupakan loket keberangkatan menuju Surabaya. Saya tidak mau mengambil resiko dengan memasuki area tersebut. Akhirnya saya diberi info oleh warga Banjarmasin yang ramah agar menuju pintu satunya lagi di sebelah selatan yang merupakan pintu masuk umum. Sang abang yang baik hati tersebut pun mengantarkan saya ke lokasi pintu satu lagi dan ternyata disini pun saya tidak boleh menggunakan kamera saya untuk berfoto-foto. Sungguh sangat disayangkan. Ketika saya meminta ijin untuk masuk dan berfoto, bapak petugas yang baik hati dan tersenyum tersebut memang mengatakan tidak boleh. Areal dermaga dan pelabuhan (maupun pelabuhan hampir di seluruh wilayah Indonesia) tampaknya memang bukan lokasi yang dapat dengan mudah dipergunakan sebagai lokasi berfoto. Saya pun tidak jadi memasuki area dermaga dan memilih kembali ke abang becak sambil mengucapkan terima kasih pada bapak petugas tersebut. Alhasil, walaupun dengan rasa sedikit kecewa, saya kembali menuju pusat kota guna kembali ke peradaban.
Abang becak yang baik hati tersebut sebenarnya juga mencemaskan keadaan saya. Berhubung saya sendirian kala itu dan waktu sudah cukup sore, maka ia menyarankan memang tidak baik dan tidak disarankan untuk berjalan sendirian di wilayah dermaga seorang diri. Kerap kali, terjadi kejadian orang ‘diganggu’ disini. Term digangu disini berarti bahwa barang bawannya dirampas begitu keterangan yang saya dapatkan dari abang becak tersebut. Dengan rasa terima kasih yang sungguh besar, saya sedikit banyak mau tidak mau bersyukur tidak jadi masuk ke dermaga yang saat itu waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Jadi, demi menuntaskan rasa kecewa saya, saya meminta agar abang tersebut berhenti di jembatan kecil penghubung delta Sungai Anak Martapura ke arah Barito guna berfoto. Disini, saya mendapatkan foto pemandangan jukung-jukung yang ditambatkan, pemukiman rumah penduduk pinggir sungai dan di kejauhan terdapat Sungai Barito (sayang, karena terlalu jauh, ukuran sungai tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti dan di foto tampak sunguh kecil). Dalam perjalanan pulang pun saya merasa sedikit terhibur oleh aliran anak Sungai Martapura yang menyisakan pemandangan jukung-jukung ditambat dan aktifitas warga pinggir sungai, yang walaupun tidak terlalu ramai tapi cukup menarik untuk diabadikan dengan kamera. Tambah lagi satu rasa terima kasih saya kepada abang becak yang ternyata orangtuanya berasal dari Madura tersebut bahwa ia mengantar saya bahkan sampai ke Hotel Grand Mentari, bukan ke Rumah Makan Kaganangan, lokasi start perjalanan saya. Ia mengatakan bahwa ia akan sekaligus pulang karena pada pukul empat sore ia akan berhenti beroperasi. Hal ini tidak berarti becak akan berhenti beroperasi seusai pukul empat.

Pelabuhan Tarakan

Wacana akan dikembangkannya Pelabuhan Tarakan menjadi lebih besar lagi ternyata bukan hanya isapan jempol belaka. Dan dikembangkannya pelabuhan tersebut terungkap saat diadakannya paparan oleh Ir Max L Direktur Pemasaran dan Pengembangan Usaha Pelindo IV. Acara paparan tersebut berlangsung di Gedung Imbaya Sekretariat Kota Tarakan. Hadir saat itu Walikota Tarakan Drs H Jusuf SK, Wakil Walikota HM Thamrin AD dan para pejabat di lingkungan Pemkot Tarakan. Ir Max L saat presentasi mengatakan, dermaga Tarakan bila tidak aral melintang secepatnya akan di perberbesar lagi.

Master Plan rencana pengembangan tersebut sudah dibuat dan tinggal dikonsultasikan saja kepada daerah untuk kemudian dijadikan rekomendasi dalam rangka percepatan pengembangan pelabuhan Tarakan yang biasa di sebut Pelabuhan Melundung .

Saat itu juga dijelaskan bahwa Master Plan pelabuhan yang akan dikembangkan menggambarkan pelabuhan modern yang berorientasi 3O tahun kedepan.

Dengan master plan yang menjangkau puluhan tahun, diharapkan bila terjadi pengembangan yang lebih besar saat itu, kelak tidak akan mengorbankan pihak lain. Paparan ini juga berusaha untuk memadukan RT/RW yang telah ada milik Pemerintah Kota.

Saat sekarang ini pelabuhan Tarakan atau Pelabuhan Melundung telah memiliki 250 meter jembatan yang mengarah ke laut dan bila rencana pengembangan berjalan, akan ada tambahan 130 meter lagi. Pembenahan jembatan yang berjumlah 130 meter ini akan dilakukan dengan dua tahap, dengan rincian 65 meter pada tahap pertama dan 65 meter pada tahap kedua.

Adapun pengembangannya nanti lebih mengarah kekiri dermaga yang disinyalir memiliki kedalaman 10 meter .

Sementara itu Walikota Tarakan dr H Jusuf SK mengatakan, bahwa hasil apapran tersebut sudah layak untuk dijadikan rekomendasi sebagai syarat agar proyek dapat berjalan secepatnya. Hanya saja ia memberikan catatan agar kepentingan daerah juga harus mendapat perhatian. Karena Tarakan sudah ada RT/RW maka hal tersebut harus menjadi acuan dengan maksud tidak akan terjadi tumpang tindih rencana pengembangan kota kedepan baik Pemkot Tarakan mupun pihak pelindo IV

Keadaan di pelabuhan Tanjung Perak

kapal-penumpang1.jpg

Kebutuhan air bersih untuk kapal, yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak rata-rata setahun 668.380 liter. Operator pelayaran sebelumnya sering mengeluh, karena pasokan air bersih sering tersendat. Bagaimana kondisinya sekarang.

Keberadaan Pelabuhan Tanjung Perak dalam jalur perhubungan nasional bisa dibilang sangat strategis. Bagaimana tidak, keberadaan pelabuhan kelas utama yang dikelola PT. Pelabuhan Indonesia III (Pelindo) ini memang menjadi urat nadi oerdagangan antar pulau dan internasional.

Dengan peran vital seperti itu, tidak jarang pengelola dituntut selalu berusaha melakukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan pelayanan. Misalnya, menyangkut kebutuhan pasokan air bersih untuk kapal. Salah satu keluhan keluhan yang berusaha diselesaikan, adalah pengadaan air bersih untuk kapal, baik kapal barang maupun kapal penumpang, yang tengah sandar di Pelabuhan Tanjung Perak.

Menurut jurubicara PT. Pelindo III Toto Heliyanto, awalnya kebutuhan air bersih di lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak disediakan oleh perusahaan swasta. Caranya sangat konvensional, yaitu setiap kapal bebas membeli pada perusahaan pemasok air bersih rekanan masing-masing.

Dampaknya saat itu banyak truk tangki air berseliweran. Dus, kian menambah kepadatan di area pelabuhan yang cukup padat. Secara bisnis kondisi saat itu berpeluang menciptakan suatu masalah baru, khususnya berkaitan dengan masuknya orang luar dalam lingkungan pelabuhan.

“Melihat kondisi tersebut, maka manajemen kami terus koordinasi dengan cabang Tanjung Perak untuk mencari solusi. Akhirnya ditemukan solusi penyempurnaannya, yaitu merangkul PDAM Surabaya,” kata Toto di ruang kerjanya.

Dasar pertimbangannya saat itu, tambah dia, untuk menciptakan keseragaman mutu air dan peningkatan mutu pelayanan pemasokan air, yang diberikan pihak rekanan Pelindo III Tanjung Perak pada kapal-kapal yang tengah sandar di Tanjung Perak. Sampai tahun 2000, PDAM Surabaya yang dipercaya untuk melayani pasokan air tersebut.

Ironisnya dalam perjalanan kerjasama itu, PDAM terbukti tidak mampu memenuhi stok kebutuhan yang diharapkan. Itu berdampak dengan bermunculannya keluhan dari para pengusaha pelayaran. Suplai air bersih PDAM hanya mampu memenuhi kebutuhan air untuk dua kapal yang sandar bersamaan setiap dua jam sekali. Padahal dalam waktu dua jam sekali itu, kapal yang sandar antara tiga sampai enam. Dampaknya saat itu banyak kapal yang harus menunda jam keberangkatannya. Menunggu tandon air milik kapal terisi

Pelabuhan Cappa Ujung





Nama pelabuhan ini sendiri sudah menarik, yakni menggunakan dua kata yang bermakna sama yaitu ‘Cappa’ dan Ujung. Dalam bahasa Bugis ‘Cappa’ berarti ujung. Cappa Ujung berarti Ujungnya Ujung. Mungkin karena letaknya berada di dekat teluk yang memisahkan Tanjung Ujunglero Kab. Pinrang dengan Parepare. Masyarakat Parepare memang dikenal sering menggunakan dua bahasa bercampur dalam keseharian mereka, yakni bahasa Indonesia bercampur kosakata Bugis atau sebaliknya.

Image

Pelabuhan ini terletak di sebelah barat Kota Parepare, di sini anda dapat melihat aktivitas para anak buah kapal penyeberangan. Rata-rata kapal itu memiliki bentuk seperti kapal pinisi. Pemandangan laut di sekitar tempat ini sangat menarik dengan jejeran kapal-kapal nelayan tradisional tertambat di tepi pantai. Juga terdapat pasar tradisional yang menjadikan tempat ini menjanjikan segudang aktivitas wisata yang dapat anda lakukan.
































Operasional pela­buhan akan membawa dampak terhadap lingkungan laut khususnya dampak terhadap perubahan komponen fisik, kimia, biologi, sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Tak dipungkiri, aktivitas di pelabuhan memberikan dam­pak kepada pemanfaatan sumber daya alam berupa ruang lahan, perairan dan udara yang akan tercemar oleh polusi air buangan dan polusi uda­ra hasil dari bahan bakar laut, serta aktivitas lainnya yang berada di pelabuhan.

Indonesia dengan kondisi lingkungan laut yang unik diatur khusus agar jangan me-nyimpang dari ketentuan in-ternasional, seperti Oipol 1954 dan konvensi interna-sional pencegahan polusi dari kapal (Marpol 1973/1978). Selain iru terdapat sejumlah kebijakan lingkungan perairan pelabuhan sebagai dasar hukum secara nasional dan inter­national, seperti Konvensi Hukum Laut 1982 (Unclos IIIl), UU No. 17/1985 tentang Pengesahan Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982, UU No. 21/1992 tentang Pelayaran, UU No. 6/1996 tentang Perairan, UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Kamis, 23 Oktober 2008

Pelabuhan Laut Indonesia






















TIDAK
ada yang menyangsikan bahwa Indonesia adalah negeri maritim. Akan tetapi, predikat ini jauh lebih bersifat geografis daripada ekonomis. Geografis semata karena secara alamiah sebagian besar wilayah negeri ini didominasi laut.

Namun, secara ekonomis, bangsa ini tidak layak disebut negeri maritim. Negeri ini tidak mampu mendayagunakan potensi laut itu sehingga melahirkan kekuatan ekonomi yang meninggikan dan memuliakan martabat bangsa dan negara.
Fakta terbaru, para pengguna jasa pelabuhan mengeluhkan bahwa dari 114 pelabuhan umum di Indonesia, tidak ada satu pun yang memenuhi standar pelayanan. Ada dua pelabuhan yang mendekati lumayan, yakni Jakarta dan Surabaya. Tetapi keduanya masih belum memenuhi standar yang mengacu ke peraturan International Maritime Organization (IMO) dan International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code.
Standar itu terkait dengan kelengkapan peralatan, kecepatan bongkar muat, ketersediaan infrastruktur, lapangan penumpukan, dan kedalaman laut bagi bersandarnya kapal-kapal besar.
Semestinya, selain karena wilayah lautan yang luas dan letaknya yang amat strategis, Indonesia mampu menggunakan keunggulan geografis itu untuk mendapatkan keuntungan ekonomis jauh lebih besar daripada yang dihasilkan sekarang.
Yang terjadi adalah alih-alih meraih kesempatan dan peluang ekonomi, dunia maritim, pelabuhan, dan perkapalan Indonesia jauh lebih banyak diisi ironi dan paradoks. Itu telah berlangsung lama sekali dan terjadi pada hampir semua bidang dan sektor.
Di bidang pertahanan, misalnya, alih-alih memperkuat angkatan laut, kita justru menguatkan peran angkatan darat. Akibatnya, di laut yang mestinya kita kuat dan jaya, justru sebaliknya. Para pencuri ikan di perairan kita pun dengan leluasa mempermainkan armada penjaga laut yang lemah.



Pelabuhan Laut di Indonesia



















Negara Indonesia memiliki banyak sekali pelabuhan,diantaranya yaitu pelabuhan tapak tuan,pelabuhan merak,dan masih banyak lagi pelabuhan lainya.Namun
Indonesia masih memerlukan penambahan pelabuhan laut di sepanjang wilayah pesisir. Pelabuhan itu diperlukan mengingat perimbangan jumlah antara pelabuhan dan panjang pantai yang ada belum merata. Hanya ada satu pelabuhan laut di setiap 4.500 kilometer panjang pantai. Hal tersebut disebabkan kebijakan pemerintah pusat di masa Orde Baru yang memberikan perhatian minim pada sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.
karena pada
saat ini, Indonesia hanya memiliki satu pelabuhan laut di setiap 4.500 kilometer pantai atau satu pelabuhan di setiap empat kali panjang Pulau Jawa. Ini sangat mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan Jepang. Padahal, panjang pantai Jepang hanya 34.000 kilometer